KETIKKABAR.com – Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan pernyataan terkait pembicaraan mengenai perdamaian Rusia-Ukraina yang digelar antara perwakilan Rusia dan Amerika Serikat (AS) di Riyadh, Arab Saudi. Meskipun belum ada kesepakatan konkret, Putin menyebut bahwa pertemuan ini membuka kembali peluang untuk kerja sama lebih luas antara Moskow dan Washington, tidak hanya terkait Ukraina, tetapi juga untuk konflik-konflik lain di Timur Tengah.
“Saya mengidentifikasi beberapa bidang yang berpotensi menjadi kepentingan bersama bagi Moskow dan Washington, termasuk kerja sama di Timur Tengah, khususnya mengenai konflik Israel-Palestina dan situasi di Suriah, serta kolaborasi ekonomi, upaya bersama di pasar energi internasional, dan eksplorasi ruang angkasa,” ujarnya dikutip dari Russia Today (RT), Kamis (20/2/2025).
“Namun konflik yang sedang berlangsung di Ukraina tetap menjadi fokus utama bagi kedua negara,” tegasnya.
Putin juga menanggapi kritik dari beberapa negara Eropa dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang merasa tersingkir dari perbincangan damai tersebut. Menurut Putin, pembicaraan di Riyadh hanya membahas hubungan bilateral antara AS dan Rusia, tanpa melibatkan pihak ketiga.
Ia juga mengkritik Zelensky, yang disebutnya tidak terpilih kembali secara demokratis sebagai presiden Ukraina.
“Zelensky membujuk AS untuk menghabiskan US$ 350 miliar dolar, untuk terlibat dalam perang yang tidak dapat dimenangkan,” kata Trump memperingatkan pemimpin Ukraina itu di akun X resminya.
“Zelensky menolak untuk menyelenggarakan pemilu, posisinya sangat rendah dalam jajak pendapat Ukraina. Seorang diktator tanpa pemilu, Zelensky sebaiknya bergerak cepat atau dia tidak akan memiliki negara lagi,” tegasnya.
Dalam kesempatan terpisah, Trump juga mengecam langkah Zelensky yang meminta bantuan besar-besaran dari AS untuk terlibat dalam perang Ukraina yang dianggap tidak dapat dimenangkan. Trump menyarankan Ukraina seharusnya telah memberikan konsesi kepada Rusia sebelum perang dimulai pada 2022 dan menegaskan bahwa konflik ini seharusnya dapat diakhiri lebih cepat.
“Hari ini saya mendengar, ‘Oh, baiklah, kami tidak diundang.’ Ya, Anda sudah berada di sana selama tiga tahun. Anda seharusnya mengakhirinya tiga tahun lalu,” kata Trump kepada wartawan di kediamannya di Florida. “Anda seharusnya tidak pernah memulainya. Anda bisa membuat kesepakatan.”
Sementara itu, kemajuan di medan perang kembali didapatkan oleh Rusia. Putin mengatakan Rusia telah memasuki Wilayah Sumy di timur laut Ukraina untuk pertama kalinya sejak 2022.
Berbicara singkat tentang situasi medan perang dengan wartawan di St. Petersburg, Rabu waktu setempat, ia menyebut para prajurit dari Brigade Infanteri Angkatan Laut ke-810 telah melintasi perbatasan antara Federasi Rusia dan Ukraina. Ia menegaskan “tentara telah memasuki wilayah musuh”.
“Pasukan kami melakukan serangan di semua bagian garis depan,” tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Kementerian Pertahanan Rusia juga mengunggah video yang menunjukkan serangan rudal balistik Iskander yang menghantam posisi artileri Ukraina di wilayah Sumy.
Rusia melancarkan serangan skala besar terhadap Ukraina Timur atau Donbass pada 24 Februari 2024. Moskow berupaya merebut wilayah itu dengan alasan diskriminasi rezim Kyiv terhadap wilayah itu, yang mayoritas dihuni etnis Rusia, serta niatan Ukraina untuk bergabung bersama aliansi pertahanan Barat, NATO.
Khusus Sumy, Rusia pertama kali menginvasi daerah itu pada awal konflik pada Februari 2022 dan mundur dua bulan kemudian. Pada Agustus 2024, Ukraina menggunakan wilayah tersebut untuk menginvasi Wilayah Kursk Rusia dan merebut beberapa desa perbatasan, serta kota Sudzha.
Zelensky sejak itu mengatakan bahwa ia telah berencana untuk menggunakan serangan melintasi perbatasan Rusia sebagai pengaruh selama pembicaraan damai yang potensial. Pasukan Rusia sejak itu telah berjuang untuk secara bertahap mendorong Ukraina dari Kursk, dengan Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan pembebasan desa Sverdlikovo pada hari Rabu.[]